Scene on Three (48)

SceneOnThree

Hallo… Sampai juga di penghujung Juli, yang juga merupakan permulaan Syawal ini. Selamat Hari Raya Idul Fitri dan mohon maaf juga atas segala kesalahan saya, baik disengaja maupun tidak, baik itu soal kata-kata dalam post yang kurang berkenan, hati yang dikecewakan karena tidak dimenangkan giveaway, atau komentar-komentar yang tidak terbalas.

Ngomong-ngomong soal giveaway, masih terbuka ya Scene on Three 1st Anniversary Giveaway nya, silakan ditengok kembali. Kali ini, ada satu scene yang ingin saya bagikan, masih dari buku yang sama di edisi sebelumnya (bedanya kali ini sudah ada reviewnya, hehe), The Casual Vacancy by J. K. Rowling.

“Oh, menurutmu mereka harus bertanggung jawab atas kecanduan itu dan mengubah perilaku?” tanya Parminder.
“Singkatnya, ya.”
“Sebelum mereka memakan dana pemerintah terlalu banyak.”
“Persis—”
“Dan kau,” kata Parminder nyaring, kala amukan yang terpendam benar-benar tak tertahankan, “tahukah kau berapa puluh ribu pound yang dikeluarkan jasa medis untuk-mu, Howard Mollison, karena kau terus makan dengan rakus?”
Semburat merah padam menjalari leher Howard sampai pipi.
“Tahukah kau berapa biaya operasi bypass-mu, obat-obatan, dan opnamemu yang lama. Janji temu dokter karena asma, tekanan darah, dan ruam kulit parah, yang semuanya akibat kau ngotot tak mau diet?”
(p.457)

I feel her! Memang tindakan Parminder yang didasarkan atas emosi ini membawanya ke masalah kode etik karena tidak menjaga rahasia pasien (scene ini berlangsung di tengah rapat Dewan Kota Pagford). Namun inilah rasanya menghadapi pasien bandel, apalagi jika dia mendapatkan jaminan kesehatan dari pemerintah atau perusahaan. Mereka hanya berpikir bahwa jika mereka sakit, berobat, sembuh, masalah selesai. Kemudian kembali ke pola hidup tak sehat; merokok, minum-minum, makan seadanya, kurang olahraga, dengan harapan jika mereka sakit, tinggal berobat dan sembuh. Mereka tidak memikirkan berapa dana yang habis untuk mereka sebenarnya bisa lebih berguna untuk orang lain.

Dalam kasus Howard Mollison, dia hendak memangkas anggaran kota dengan menutup klinik rehabilitasi untuk para pecandu, padahal kenyataannya masih ada orang-orang tak mampu yang bergantung kelangsungan hidup ‘normal’nya dengan berobat di klinik tersebut. Orang-orang yang terancam kembali mencandu jika klinik itu ditutup.

Itu tak jauh-jauh dari apa yang sedang terjadi di negara kita, tempat rokok mendapat tempat terhormat karena (katanya) berperan besar menyumbang kas negara dan menyerap pekerja, tetapi di sisi lain menghabiskan lebih banyak anggaran negara untuk kesehatan dan nyawa para perokok yang kebanyakan dari golongan menengah ke bawah. Hanya demi ego konglomerat produsen rokok dan orang-orang di atas sana yang tidak mau susah. (Iya, saya curcol).

Silakan berbagi scene dalam bacaan kalian:

  1. Tuliskan suatu adegan atau deskripsi pemandangan/manusia/situasi/kota dan sebagainya dari buku pilihan kalian ke dalam suatu post.
  2. Jelaskan mengapa adegan atau deskripsi itu menarik, menurut versi kalian masing-masing.
  3. Jangan lupa cantumkan button Scene on Three di dalam post dengan link menuju blog Bacaan B.Zee.
  4. Masukkan link post kalian ke link tools yang ada di bawah post Bacaan B.Zee, sekalian saling mengunjungi sesama peserta Scene on Three.
  5. Meme ini diadakan setiap tanggal yang mengandung angka tiga, sesuai dengan ketersediaan tanggal di bulan tersebut (tanggal 3, 13, 23, 30, dan 31).

Leave a comment