Tag Archives: Seri Buku TEMPO

60 Tahun Konferensi Asia-Afrika – Tim Buku TEMPO

25692456Judul : 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika
Penyusun : Tim Buku TEMPO
Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Edisi : Cetakan Pertama, Juni 2015
Format : Paperback, viii+147 halaman

Sebuah kejadian langka terjadi saat saya mengambil buku ini dari toko buku dan membayarnya di kasir. Selain buku sejarah, kejadian ini juga termasuk bersejarah. Yang membuat saya tergerak untuk membeli dan membaca buku ini sebenarnya hal yang sederhana saja, pertama karena bukunya tidak terlalu tebal, yang kedua karena peristiwa bersejarah bagi dunia (atau minimal negara-negara Asia Afrika) ini terjadi pada masa saya. Jadi rasanya saya wajib memiliki rekam kejadian ini di antara koleksi-koleksi buku saya.

Buku ini ternyata memang sejarah dalam versi yang cukup ‘ringan’ bagi pembaca sejarah pemula seperti saya. Buku ini semacam napak tilas sejarah Konferensi Asia-Afrika (KAA) pertama 60 tahun silam, yang dikolaborasikan dengan persiapan KAA tahun 2015 ini. Dilengkapi dengan cukup banyak foto, baik dari 60 tahun lalu, maupun dari masa sekarang. Meski hitam-putih, kualitas cetak foto-foto ini cukup baik dan cukup jelas terlihat.

Konferensi Asia-Afrika merupakan tonggak bangkitnya negara-negara eks-kolonial untuk maju dan saling bekerja sama agar tidak kalah dari bangsa-bangsa Barat. Pergerakan yang dimotori oleh Indonesia, yang saat itu baru berusia sepuluh tahun, ternyata membuat negara kita disegani oleh bangsa-bangsa lain. Indonesia, khususnya Presiden Sukarno, dinilai berjasa dalam mempersatukan negara-negara ‘kulit berwarna’, dan memperjuangkan hak-hak mereka. Salah satu yang berhasil diperjuangkan dalam konferensi tersebut adalah kemerdekaan beberapa negara Afrika seperti Aljazair dan Sudan. Sama seperti saat ini—dan juga setiap KAA—isu kemerdekaan yang masih diperjuangkan adalah Palestina.

Terlaksananya KAA pertama bukan tanpa tantangan. Berkali-kali pihak Kementrian Indonesia harus meyakinkan negara-negara tetangga guna terwujudnya perhelatan besar ini. Berbagai ancaman tak luput didapatkan, termasuk bom di dalam pesawat delegasi Cina. Pun kini, di saat semangat KAA pertama mulai luntur, rasanya momen 60 tahun ini tepat untuk menyegarkan ingatan kembali. Karena hubungan negara-negara Asia-Afrika masih bisa dikembangkan dan dimaksimalkan lagi, guna terwujudnya kemajuan negara-negara berkembang.

Di luar itu semua, buku ini diwarnai juga dengan trivia-trivia menarik, seputar hotel tempat para delegasi menginap, rumah makan yang dikunjungi, suvenir yang dibagikan, pernyataan dari orang-orang yang terlibat dalam penyambutan, dan lain sebagainya. Termasuk persiapan KAA 2015 yang seolah hendak mengulangi sejarah, mengunjungi kembali tempat-tempat yang dulu pernah disinggahi.

Buku ini mungkin lebih tepat disebut sebagai kumpulan artikel. Konten dan gaya penulisannya pun khas media massa yang padat dan menarik. Bagi sejarah KAA sendiri, buku ini mungkin sekadar pengantar. Untuk mengenal dan memahami peristiwa-peristiwa tersebut lebih dalam, diperlukan referensi lain yang membahasnya secara lebih mendetail.

logo reading challenge-jpg