The Raven – Edgar Allan Poe

The RavenTitle : The Raven
Author : Edgar Allan Poe (1845)
Illustrator : Gustave Doré
Publisher : Project Gutenberg
Edition : November 30, 2005 [EBook #17192]
Format : ebook

“Prophet!” said I, “thing of evil!—prophet still, if bird or devil!—

Suatu tengah malam di bulan Desember, seorang laki-laki tengah berduka dan meratapi kehilangan seseorang yang disebutnya Lenore. Dia baru saja tertidur saat didengarnya suara ketukan. Namun saat pintu dibuka, tak ada siapa pun di sana.

VisitorDeep into that darkness peering, long I stood there wondering, fearing,  Doubting, dreaming dreams no mortal ever dared to dream before;
But the silence was unbroken, and the darkness gave no token,
And the only word there spoken was the whispered word, “Lenore!”
This I whispered, and an echo murmured back the word, “Lenore!”
Merely this and nothing more.

Sesaat setelah masuk, didengarnya lagi suara ketukan, kali ini lebih keras, dari arah jendela, mungkin hanya angin. Saat berpikir demikian, tak disangka seekor burung gagak masuk melalui jendela dan hinggap di atas patung di dalam kamar tersebut.

NevermoreTell me what thy lordly name is on the Night’s Plutonian shore!” 
Quoth the Raven, “Nevermore.”

Monolog pun bergulir dari mulut laki-laki itu, mengutarakan kesedihan dan keresahannya, terutama tentang Lenore. Anehnya, gagak tersebut memiliki satu kosa kata yang sama. Kata itu diucapkannya berulang-ulang setelah laki-laki itu, yang cocok dengan kondisinya, seolah menjawab pertanyaan dan kegundahannya.

On this home by Horror haunted—tell me truly, I implore—
Is there—is there balm in Gilead?—tell me—tell me, I implore!”
Quoth the Raven, “Nevermore.”

Baru-baru ini saja saya ‘belajar membaca’ puisi. Bagi saya, makna sebuah puisi—sama halnya dengan lirik lagu—bersifat personal. Namun ternyata makna yang personal tersebut dapat agak dikesampingkan pada puisi naratif, terkait dengan ‘kisah’ yang disampaikan dalam puisi tersebut.

RavenThe Raven berkisah tentang kehilangan, bagaimana seseorang menghadapi kehilangan tersebut. Unsur teror dalam kisah ini timbul dari pikiran-pikiran yang muncul karena kejadian-kejadian menakjubkan di sebuah tengah malam; ketukan tak bertuan, burung gagak dengan satu kata yang seolah menjadikan puisi ini sebagai dialog, satu kata yang bisa sangat pas, “Nevermore”.

Meski tak bisa dikatakan paham tentang puisi, pun tak mahir berbahasa Inggris, saya dapat merasakan keindahan dari puisi naratif Poe ini, terutama karena diksi dan rimanya. Saya merasakan unsur ketegangan yang meningkat dari bait ke bait, dari intensitas emosi laki-laki tersebut, dan menebak-nebak apa lagi yang akan dilakukan oleh sang gagak pada akhirnya.

4/5 bintang untuk sang gagak misterius.

LenoreLeave my loneliness unbroken!—quit the bust above my door! 
Take thy beak from out my heart, and take thy form from off my door!”

Quoth the Raven, “Nevermore.”

And the Raven, never flitting, still is sitting, still is sitting
On the pallid bust of Pallas just above my chamber door;
And his eyes have all the seeming of a demon’s that is dreaming,
And the lamplight o’er him streaming throws his shadow on the floor;
And my soul from out that shadow that lies floating on the floor
Shall be lifted—nevermore!

(Sebagai referensi, pembahasan per bait dan analisis mendalam tentang The Raven dapat dilihat di sini.)

Reviewed for Narrative Poem Reading Challenge

*Posting bersama BBI November (2) Thriller/horor, buku-buku yang mengandung suspens atau yang berlatar horor.

9 responses to “The Raven – Edgar Allan Poe

  1. One of my favourite poem of Edgar A. Poe. Pertama kali berniat ‘membaca’, saya membuka salah satu halaman berisi audiobook untuk puisi ini pada tengah malam. Setelah bait kedua, saya segera menutup halaman tersebut dan mulai lagi keesokan paginya. It’s just so beautiful and yet so sad. Bener banget bahwa perasaan kehilangan dan putus asa bisa tergambar dengan begitu manisnya.

    Yang bikin ga bisa berhenti baca tentu saja adalah teknik yang digunakan Poe untuk membuat ‘alunan’ kata di dalam puisi tersebut. Teknik-teknik pujangga jempolan lah pokoknya. Thanks for reading and thanks for the review. I enjoy it. 😀

  2. Pingback: Scene on Three (21) | Bacaan B.Zee

  3. Pingback: Narrative Poem Reading Challenge 2013 Wrap Up | Bacaan B.Zee

  4. Pingback: Second Year Update of The Classics Club Project | Bacaan B.Zee

  5. Pingback: Scene on Three (57) | Bacaan B.Zee

  6. The Raven ini diangkat menjadi sebuah film. Poe termasuk salah satu penulis di masanya yg tulisannya terkadang bikin aku merinding sendiri :3
    Tapi ada karya yg aku suka judulnya Dream within a dream.

  7. Pingback: Buku Fiksi yang Bukan Novel | Bacaan B.Zee

Leave a comment