Tag Archives: Book Kaleidoscope 2013

Book Kaleidoscope 2013 : Favourite Books

Hari terakhir rangkaian lima hari Book Kaleidoscope 2013 mengantarkan kita pada inti dari segala urusan book-blogging ini, Top Five Most Favourite Books.

Sangat tidak mudah memilih lima buku terbaik, tahun ini saja saya memiliki 10-15 kandidat, memilih salah lima di antaranya rasanya seperti disuruh memilih antara makan atau minum atau tidur. Masing-masing memiliki alasan dan kepentingannya sendiri mengapa mereka menjadi favorit saya. Jika tahun lalu saya agak curang dengan membaginya per kategori, tahun ini saya akan mencoba benar-benar memilih lima buku saja.

5. While the Light Lasts by Agatha Christie

2222684

Setelah pernah gagal dengan kumpulan cerpen Agatha Christie, kumpulan cerpen yang ini begitu menyegarkan. Tidak ada kesan ‘nanggung’ sebagaimana cerpen-cerpen Christie yang pernah saya baca. Saya bisa melihat sisi lain dari kepenulisan Christie di luar cerita detektif yang biasanya. Kisah-kisah dalam kumpulan ini adalah kisah-kisah kehidupan ‘biasa’, dan Christie menyoroti sisi luar biasa dalam kisah tersebut. Jadilah ramuan thriller, horor, detektif, romansa, silakan pilih favoritmu.

 

4. Pada Suatu Hari Nanti oleh Sapardi Djoko Damono

Malam-Wabah-Pada-Suatu-Hari-Nanti

 

Dongeng dan cerita rakyat yang diceritakan dengan versi Pak SDD sendiri, dengan gaya berceritanya yang ternyata sangat kocak. Meski begitu, penulisannya tetap saja indah, seperti yang berulang kali saya bilang, buku ini seperti OVJ rasa sastra.

3. The Giver by Lois Lowry

The Giver (The Giver Quartet, #1)

Kisah distopia anak-anak ini sulit sekali enyah dari pikiran saya. Bukan pertama kalinya saya membaca karya Lois Lowry, tetapi buku sebelumnya yang saya baca bergenre fiksi sejarah, sehingga The Giver ini memberi kesan berbeda. Butuh waktu yang lama bagi saya untuk merenungkan isi buku ini, yang sebenarnya tak terlalu panjang, tetapi memiliki banyak sisi yang menarik. Tak salah jika buku ini pernah meraih penghargaan Newbery pada tahun 1994.

2. The Curious Incident of Dog in the Night-Time by Mark Haddon

Saya suka karakter dalam buku ini, saya suka konfliknya, saya suka penggambarannya, saya suka semua sisi dari buku ini. Yang pasti, saya harus angkat topi untuk sang penulis yang berhasil menceritakan kehidupan seorang penyandang Sindrom Asperger dari sudut pandang orang pertama.

1. The Ocean at the End of the Lane by Neil Gaiman

18213205

Saya tak tahu bagaimana harus menggambarkan buku ini. Buku terbaru penulis favorit saya ini seharusnya lebih baik dari buku-buku sebelumnya. Saya tak bisa bilang buku ini sempurna, tetapi saya yakin ada sihir yang terkandung dalam buku ini. Saat membacanya, saya terbagi dalam dua keadaan; antara asing dengan dunia dan kisah yang dibangun oleh Gaiman, dan perasaan terikat yang akrab kepada dunia tersebut. Rasa-rasanya seperti ide yang berasal dari kepala saya sendiri, padahal saya tak pernah membayangkannya sebelumnya. Bingung? Sama. Yang jelas bukan hanya saya yang terkesima dengan buku ini, karena The Ocean at the End of the Lane dinobatkan sebagai Best Books kategori fantasi di Goodreads Choice Awards 2013.

Buku-buku yang berhasil saya baca tahun 2013 terangkum dalam akun goodreads saya di sini.

Lihat juga buku terbaik yang dibaca oleh blogger lain di tahun 2013 menurut versi mereka masing-masing di sini.

Book Kaleidoscope 2013 : Newly Crowned Favourite Authors

Hari keempat Book Kaleidoscope 2013 adalah saat yang tepat untuk mengeluarkan hal-hal yang sangat ingin dibagi. Oleh karena pada hari ini, kita bebas untuk memilih kriteria, maka salah satu yang paling ingin saya bagi adalah penulis-penulis yang bukunya baru saya baca tahun ini, dan langsung membuat saya jatuh cinta ATAU penulis yang berkat buku-buku yang saya baca tahun ini membuat saya menobatkannya menjadi salah satu penulis favorit. Karena itu, judul dari postingan ini menjadi Top Five Newly Crowned Favourite Authors.

Saat membaca sebuah buku, kita akan membaca ‘jiwa’ di dalamnya. Ada kalanya jiwa di dalam buku itu langsung terikat pada jiwa kita begitu saja, ada yang perlu diyakinkan dulu, ada pula yang ‘bandel’ dengan tetap menjadi ‘biasa saja’ meski telah berulang-ulang bertemu dengan jiwa tersebut. Neil Gaiman merupakan salah satu penulis yang membuat ‘jiwa’ tersebut terikat pada saya setelah pertama kali membaca bukunya, sedangkan penulis seperti Jodi Picoult mengikatkan ‘jiwa’ tersebut saat beberapa kali saya melihat kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Inilah lima penulis yang saya nobatkan sebagai penulis yang baru saya favoritkan tahun 2013 ini :

5. Ernest Hemingway

young man dressed in a uniform sitting on a chair facing the camera

Hemingway in 1918

white-haired, white-bearded man with striped shirt

Hemingway in 1950s

Sebenarnya saya bingung antara Hemingway dan George Orwell sebagai kandidat nomor lima (karena saya memiliki enam kandidat terkuat). Berkat sebuah novella distopia dan autobiografi, saya melihat Orwell lebih jelas, tetapi mungkin Hemingway lebih memiliki kehormatan untuk ‘benar-benar dinobatkan’ tahun ini. Meski sangat terpesona dengan The Old Man and the Sea yang merupakan salah satu buku terfavorit 2012, saya belum percaya begitu saja pada Hemingway. Bahkan saat tahun ini saya membaca A Farewell to Arms yang memberi kesan berbeda, saya belum bisa mengatakan saya menyukainya. Sampai ketika saya menutup halaman terakhir buku tersebut, ada perasaan hampa yang khas saat ‘jiwa’ kita tertinggal di dalam buku. Ernest Hemingway, dari dua bukunya yang sudah saya baca, saya nobatkan sebagai penulis favorit karena aftertaste yang ditinggalkannya pasca saya membaca bukunya, yang belum bisa terasa sebelum saya menutup halaman terakhir. (pic source)

4. Sapardi Djoko Damono

Berkat event membaca puisi yang diselenggarakan divisi event BBI bulan Juni lalu, saya mengenal Pak SDD. Dalam kumpulan Hujan Bulan Juni, saya terpesona terutama oleh puisi-puisinya yang ‘gelap’. Sampai setelah itu, saya menemukan kumpulan cerpen terbarunya di toko buku dan membelinya, dan sangat terpesona oleh gaya bahasa dan berceritanya di kumpulan cerpen Pada Suatu Hari Nanti. Berkat Pak SDD pula lah saya mulai ‘kembali’ pada penulis lokal kontemporer, mulai mencari-cari kembali penulis Indonesia yang bisa saya nikmati karyanya.

3. Luigi Pirandello

Luigi Pirandello 1932.jpg

Pirandello in 1932 (source)

Berkat rekomendasi dari kak AsDewi (dan review salah satu novel karya penulis ini), saya membaca play Pirandello, Six Character in Search of an Author di awal tahun ini. Dan kejutan, saya langsung menyukainya. Kata-katanya yang filosofis, quotable, absurditas idenya, serta kemampuannya menghidupkan sarkasme dalam dialog karakter-karakternya, membuat saya yakin bahwa saya harus membaca karya-karyanya yang lain suatu saat nanti.

2. J. K. Rowling

Event membaca ulang serial Harry Potter tahun ini memberikan pemahaman yang sangat berbeda terhadap buku ini. Jika saat pertama kali membacanya beberapa tahun yang lalu saya memandang Harry Potter sebagai kisah fantasi ‘biasa’, maka saat kedua kalinya membaca serial ini, saya dapat melihat secara terang kejeniusan Madam Rowling. Bukan hanya dunia yang dibangunnya yang luar biasa karena kekonsistenan dan kecocokannya dengan berbagai legenda dan mitos yang sudah ada, namun juga karena nilai-nilai yang disampaikannya–baik secara langsung maupun tidak–sangat menggugah untuk digali, lagi dan lagi. Yah, mungkin dia sendiri sesungguhnya bekas murid Hogwarts, siapa tahu. Sayangnya tahun ini saya belum berkesempatan membaca karya dewasanya, tahun depan saya harus membacanya.

1. Oscar Wilde

Apa yang menahan saya untuk membaca karya-karya Oscar Wilde sebelum tahun ini? Setumpuk timbunan sepertinya. Beruntung berkat event Let’s Read Play, saya mau tidak mau menyempatkan membaca karya Wilde (akhirnya!). Karya pertamanya yang saya baca adalah play yang sangat populer, The Importance of Being Earnest. Rasa penasaran mendorong saya untuk langsung membaca An Ideal Husband setelahnya, dan efeknya ternyata sangat dahsyat. Saya mengalami sesuatu yang bisa dikatakan sebagai author-hangover. Saya haus–tidak, saya sakau–dengan karya Wilde yang lain. Kemudian saat saya memutuskan membaca playnya yang paling tidak populer–Vera, or the Nihilists–demi menghilangkan sakau tersebut, dan saya gagal. Oscar Wilde telah memenangkan hati saya, lewat karakter-karakternya yang bijak dengan caranya sendiri, humoris yang berisi :’)

Saya tak sabar untuk membaca lebih banyak karyanya, terutama satu-satunya novel yang ditulisnya yang sudah ada di timbunan. Oya, jika ada yang sudah membaca review-review saya, saya menyatakan bahwa dalam beberapa karyanya dia memasukkan dirinya ke dalam salah satu karakternya, dan jika kalian sudah membaca Book Kaleidoscope 2013 hari pertama, kalian akan melihat hubungannya 😉 (pic source)

Lihat lebih banyak kategori lain di sini.

Book Kaleidoscope 2013 : Best Book Covers

Book Kaleidoscope 2013 hari ketiga adalah hari untuk memamerkan Top Five Best Book Covers versi kita masing-masing. Tanpa berpanjang-panjang lagi, langsung saja deretan sampul buku dari bacaan saya tahun ini, pilihan saya jatuh pada:

5. The Secret Garden (Gramedia Pustaka Utama)

secret garden

Kebanyakan sampul klasik Gramedia memang cantik. Warna coklat yang terlihat ‘tua’, serta ilustrasi cantik yang melukiskan isi bukunya (juga beberapa detailnya; pintu rahasia, burung, dsb).

4. Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa (Gramedia Pustaka Utama)

SKTLA

Saya terutama suka sekali dengan pilihan warnanya, tidak terlalu mencolok sehingga gambar-gambar yang ‘mencolok’ itu tidak menjadi terlalu berlebihan.

3. Pada Suatu Hari Nanti / Malam Wabah (Bentang Pustaka)

Malam-Wabah-Pada-Suatu-Hari-NantiMalam-Wabah

Buku ini disusun bolak-balik, jadi sebenarnya tidak ada cover belakang, kedua-keduanya adalah cover dari ‘buku’ yang berbeda. Sapuan-sapuan kuas yang ditampakkan dalam tekstur cover ini juga menambah kecantikan ‘lukisan’ tersebut. Kalau disuruh memilih salah satu, saya lebih menyukai Malam Wabah, karena lebih terkesan misteriusnya.

2. Down and Out in Paris and London (Penguin Books)

down and out in paris and london

Saya tidak tahu alasannya mengapa saya bisa menyukai sampul buku yang terdiri dari kertas putih dan tulisan berhuruf kapital berwarna hitam. Satu-satunya yang ‘tidak biasa’ adalah kesan terpotong pada kanan dan kiri huruf tersebut. Mungkin karena justru sangat tidak biasa buku dibuat sebiasa ini. Intinya, saya suka, bahkan saat membaca pun saya sering menikmati mengamati sampul bukunya.

1. The Graveyard Book (Harper)

the graveyard book

Saya suka biru tuanya, yang menampilkan kesan sepi dan misteriusnya sebuah pemakaman. Hanya sebuah batu nisan, dan font yang menurut saya sangat artistik dan tak berlebihan.

Itulah lima cover buku terbaik versi saya, lihat yang lain di sini.

Book Kaleidoscope 2013 : Memorable Quotes

Di hari kedua ini, Book Kaleidoscope 2013 menebarkan Most Memorable Quotes. Padahal kalau dikumpulkan, quote favorit saya bisa puluhan bahkan ratusan, bagaimana cara memilihnya? Sesuai judulnya, most memorable, maka yang saya pilih adalah berdasarkan ingatan saya. Jadi sebenarnya mungkin ada quote terbaik yang saya lewatkan. Bukan salah quotenya, tapi salah otak saya yang melupakannya. Let’s see.

5. Aleph by Paulo Coelho

…..kita selalu mencoba mengartikan segala sesuatu sesuai dengan apa yang kita inginkan dan bukan sebagaimana mereka sesungguhnya.

Jika seluruh kalimat berkesan yang saya baca dari buku-buku Paulo Coelho dikumpulkan, mungkin dia bisa menjadi sebuah buku tersendiri. Rasanya setidaksukanya saya pada buku beliau, tetap saja ada setumpuk quote untuk dibagi. Salah satunya kalimat ini, yang rasa-rasanya saya dulu pernah mengatakannya sendiri. Atau saya pernah membacanya di buku-buku sebelumnya lalu melekat dan muncul pada waktu saya membutuhkannya. Entahlah, yang pasti quote ini sangat dekat dengan saya, terutama saat-saat penuh kekecewaan.

4. Hamlet by William Shakespeare

To be, or not to be,—that is the question:— 

Awalnya, saya memberikan perhatian khusus pada kalimat ini karena memang kalimat ini sangat populer. Namun saat membaca keseluruhan kalimat Hamlet secara utuh, saya bisa merasakan makna mendalam dari kalimat ‘sederhana’ di atas. Hidup, atau mati; sebuah pilihan yang akan kita pertimbangkan saat kita berada di masa-masa sulit. Apalagi saat Hamlet membandingkan kematian dengan tidur.

3. Harry Potter and the Sorcerer’s Stone by J. K. Rowling

After all, to the well-organized mind, death is but the next great adventure.

Setelah Hamlet, mau tak mau saya jadi teringat kata-kata Albus Dumbledore di atas. Bukannya bermaksud menyemangati untuk mati, tetapi mengingatkan bahwa hidup itu tidak abadi, dan kematian adalah sesuatu yang mutlak dan tak perlu ditakuti. Dan pada setiap ajaran agama yang saya ketahui, semuanya mengajarkan bahwa akan ada hidup setelah mati. Jadi tugas kita pada dasarnya adalah untuk hidup hari ini dan mempersiapkan kematian esok hari.

2. The Graveyard Book by Neil Gaiman

“It’s only death. I mean, all of my best friends are dead.”
“Yes.” Silas hesitated. “They are. And they are, for the most part, done with the world. You are not. You’re
alive, Bod. That means you have infinite potential. You can do anything, make anything, dream anything. If you change the world, the world will change. Potential. Once you’re dead, it’s gone. Over. You’ve made what you’ve made, dreamed your dream, written your name. You may be buried here, you may even walk. But that potential is finished.”

Dan setelah segala omongan tentang kematian itu, ada hidup yang harus kita perjuangkan. Saat kita bisa menerima bahwa kematian itu mutlak dan tidak untuk ditakuti, kita harus tetap hidup untuk hari ini. Melakukan sesuatu, membuat sesuatu, bermimpi, dan segala hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang hidup yang disebut Gaiman sebagai ‘infinite potential’. Tak masalah berapa panjang (atau pendek) umur yang kita miliki, yang terpenting adalah memaksimalkan hidup kita untuk hal yang berguna bagi umat manusia (hidup) yang lain. Sulit memang, tetapi itulah kewajiban kita.

1. Fahrenheit 451 by Ray Bradbury

Classics cut to fit fifteen-minute radio shows, then cut again to fill a two-minute book column, winding up at last as a ten- or twelve-line dictionary resume.

Menyedihkan memang, tapi itu benar. Dulu saya sering membaca kisah klasik yang dipersingkat untuk tujuan pembelajaran. Namun seiring berkembangnya kemampuan saya, sebisa mungkin saya meninggalkan abridged classics. Lagipula, sebuah buku sedikit banyak akan kehilangan ‘sesuatu’ saat dia diubah, bahkan meski hanya diterjemahkan. Yang menyedihkan adalah saat pada akhirnya buku itu ditinggalkan sama sekali, sebagaimana konteks kalimat di atas. Mereka hanya membaca dua belas baris resume, lalu mengatakan sudah membaca buku tersebut. Ah, semoga kita tidak mengalami dunia semacam itu. Membaca kembali quote di atas sudah membuat saya merinding.

Itulah kelima quote yang paling saya ingat dari bacaan saya tahun ini. Bagi quotes-mu dan lihat-lihat quotes blogger lain di sini.

 

 

 

Book Kaleidoscope 2013 : Book Boy Friends

Tak terasa sudah akhir tahun lagi. Seperti tahun kemarin, Fanda Classiclit punya fitur untuk mengkompilasi hal-hal menarik dalam bacaan kita selama satu tahun. Tahun 2012 lalu, ada 3 kategori Book Kaleidoscope, sedangkan 2013 ini, ada 5 kategori yang tak kalah seru. Lihat detailnya di sini.

Yang pertama adalah Book Boy Friends. Sebenarnya susah-susah gampang ya memilih kategori ini, soalnya dalam bacaan saya (lagi-lagi) justru didominasi oleh karakter wanita yang kuat dan lebih menarik daripada prianya. Kebanyakan karakter pria di bacaan saya tak menampilkan sisi heroik yang saya harapkan (apa kriteria saya terlalu ketat ya?). Namun setelah dipilih-pilih, ada juga sih yang oke, meskipun ada yang sudah bapak-bapak dan ada yang masih abege. Yah, ini boy friends kan ya, bukan boyfriends :p

5. Fred Weasley from Harry Potter Series

Berkat event Hotter Potter, saya akhirnya membaca ulang serial Harry Potter. Fred ini salah satu karakter yang kusuka karena pembawaannya yang lucu dan bisa memandang segala sesuatu dengan menyenangkan. Mengapa Fred dan bukan George, saudara kembarnya? Karena di masa depan, George kan sudah menikah. (It’s a sad statement, actually :'()

Fred Weasley Profile

James Phelps as Fred Weasley at Harry Potter and the Order of the Phoenix (pic source)

4. Daniel Stone from The Tenth Circle by Jodi Picoult

Walaupun bukan sosok ayah yang sempurna, saya menyukai jiwa (atau naluri) pelindung yang ditampakkan Daniel Stone saat putrinya dalam masa-masa sulit. Lebih jauh mengenai karakter Daniel Stone pernah saya bahas di sini.

Ron Eldard as Daniel Stone from 2008 Canadian adaptation (pic source)

3. Dickon Sowerby from The Secret Garden by Frances Hodgson Burnett

Dickon sang pecinta alam yang sesungguhnya. Dia seolah tahu apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh tanah, tanaman, bunga-bunga, hewan-hewan, dan dapat memberikannya untuk mereka. Sebuah karakter yang romantis.

Mary and Dickon from The Secret Garden 1993 adaptation. Andrew Knott as Dickon Sowerby nominated for Young Artist Award for Best Youth Actor Leading Role in a Motion Picture (pic source)

2.  Lord Goring from An Ideal Husband by Oscar Wilde

Lord Goring adalah karakter pendamping yang peranannya sangat penting dalam drama ini. Meski pada awalnya digambarkan sebagai sosok yang ‘semaunya’, kenyataannya dia memiliki pola pikir yang praktis dan hati yang tulus; yang ditampakkan melalui kalimat-kalimat sarkastik, apa adanya, dan seringkali lucu. Lihat juga analisis saya di sini.

Rupert Everett as Lord Goring from 1999 adaptation. (pic source)

1. Christopher Boone from The Curious Incident of the Dog in the Night-Time by Mark Haddon

Karakter ini sudah membuatku jatuh cinta sejak halaman-halaman awal. Christopher ini juga sedikit banyak mengingatkanku pada Oskar Schell di buku Extremely Loud and Incredibly Close, yang juga sangat saya sukai. Remaja penyandang Sindrom Asperger ini mungkin menarik karena sikap apa adanya, kecerdasannya, kecintaannya pada matematika, astronomi, dan Sherlock Holmes. Ketidakpekaannya pada perasaan–yang merupakan salah satu ciri Asperger–tak lantas membuatnya tampak tak berperasaan, mungkin karena cara penulis menggambarkan ketidaktahuannya bisa menimbulkan perasaan sayang. Bisa dibilang, Christopher juga mirip dengan idolanya, Sherlock Holmes (yang mana merupakan BBF saya tahun lalu, hehe).

Christopher Boone

Luke Treadaway as Christopher Boone at 2012 stage adaptation, awarded for Laurence Olivier Award for Best Actor (pic source) (peek his awesome acting and brilliant visualisation here)

Itu dia kelima BBF saya tahun ini. Mau mengintip BBF blogger lain, atau mau berbagi versimu? Silakan ke sana.