Title : The Old Curiosity Shop
Author : Charles Dickens (1841)
Illustrator : George Cattermole and Hablot K. Browne
Publisher : Penguin Books
Edition : Penguin English Library, 2012
Format : Paperback, 748 pages
Nell Trent tinggal bersama kakeknya di Old Curiosity Shop, toko yang menjual berbagai macam benda koleksi. Meski hidup dalam kesederhanaan (bahkan kekurangan), Nell merasa cukup bahagia karena dia dan kakeknya saling memiliki dan menyayangi. Sayangnya, kakeknya tidak berpikiran sama. Dia berambisi untuk membahagiakan dan meningkatkan taraf hidup cucunya itu, dengan cara berjudi. Jalan pintas yang dilaluinya itu bukannya membantu, tetapi justru menjebaknya dalam lilitan utang dan angan-angan kosong yang terus menghantuinya.
Di tengah kesulitan yang dibuat oleh kakeknya, muncul pihak-pihak yang ingin memanfaatkan hal itu demi ambisinya sendiri. Sebut saja Quilp yang kejam, yang mengambil alih Old Curiosity Shop sebagai pengganti utang yang tidak mempu dibayar kakek Nell. Ada juga Frederick, kakak Nell yang berhati busuk, yang mengatur jebakan untuk adiknya sendiri. Namun, Nell tidak sendirian, ada Kit Nubbles, pelayan sekaligus sahabat yang selalu ada untuk Nell, saat tidak ada siapa pun yang bisa melindunginya.
Bagaimanapun, tekanan yang mereka terima ternyata sangat mengguncang kakek Nell. Demi kebaikan keduanya, mereka harus meninggalkan rumah, meninggalkan London secara diam-diam, termasuk meninggalkan Kit yang sempat disalahpahami. Jadilah Nell dan kakeknya mengalami sebuah perjalanan yang mempertemukan mereka dengan banyak orang, berbagai pengalaman yang menguji dan mendewasakan keduanya. Terutama Nell, yang meski baru berusia empat belas tahun, seringkali harus bertindak lebih dewasa karena sang keterbatasan sang kakek.
While he, subdued and abashed, seemed to crouch before her, and to shrink and cower down as if in the presence of some superior creature, the child herself was sensible of a new feeling within her, which elevated her nature, and inspired her with an energy and confidence she had never known. There was no divided responsibility now; the whole burden of their two lives had fallen upon her, and henceforth she must think and act for both. ‘I have saved him,’ she thought. ‘In all dangers and distresses, I will remember that.’ (p.424)
Kita dibawa dalam ketegangan dan ketakutan saat Nell dan kakeknya terpaksa harus berjalan bersama orang yang kelihatan hanya ingin mengeruk manfaat dari mereka, bahkan mengancam akan membawa keduanya kembali ke Quilp. Kita juga diajak dalam hari-hari yang hangat, saat Nell dan kakeknya bertemu dengan orang-orang baik yang membantu mereka setulus hati, meski tak mengetahui latar belakang keduanya. Pun saat perpisahan harus terjadi, keputusan besar harus diambil, dan kerinduan akan rumah membuncah dalam diri orang-orang itu, penulis menceritakan kejadian dan emosi dengan detail yang membuat pembaca ikut merasakan dan masuk ke dalam perjalanan Little Nell.
‘… Forgotten! oh, if the good deeds of human creatures could be traced to their source, how beautifully would even death appear; for how much charity, mercy, and purified affection, would be seen to have their growth in dusty graves!’ (p.537)
Membaca buku ini bukanlah perjalanan yang mudah. Kita dihadapkan pada konflik yang bervariasi, tidak hanya perjalanan Nell dan kakeknya, tetapi juga perjuangan Kit di London, juga Quilp dengan tingkah laku busuk yang tak ada habisnya. Banyak karakter pendukung lain yang berperan dan konflik-konflik ini, seperti kakak beradik Brass, pengacara yang berhubungan dengan Quilp, istri dan mertua Quilp yang menegaskan bagaimana sikap kasar dan buruk pria itu, ibu dan adik-adik Kit, Barbara dan ibunya yang banyak membantu Kit, pelayan Brass yang nantinya akan berperan penting, penyewa di tempat Brass yang juga mencari Nell, dan masih banyak lagi, salah satu yang tak boleh dilupakan adalah Dick Swiveller, salah satu karakter dengan transformasi yang menarik. Segala kerumitan ini masih ditambah lagi suasana kisah yang murung dan hari-hari gelap yang seolah tiada akhir, juga aroma kematian yang kental di sepanjang buku. Akan tetapi, masa-masa mendung yang berkepanjangan itu membuat apa yang akan muncul kemudian terasa jauh lebih hangat dan lebih indah—meski tak bisa dikatakan bahwa buku ini sepenuhnya berakhir bahagia.
But night-time in this dreadful spot!—night, when the smoke was changed to fire; when every chimney spirted up its flame; and places, that had been dark vaults all day, now shone red-hot, with figures moving to and fro within their blazing jaws, and calling to one another with hoarse cries—night, when the noise of every strange machine was aggravated by the darkness; when the people near them looked wilder and more savage; when bands of unemployed labourers paraded the roads, or clustered by torchlight round their leaders, who told them in stern language of their wrongs, and urged them on to frightful cries and threats; when maddened men, armed with sword and firebrand, spurning the tears and prayers of women who would restrain them, rushed forth on errands of terror and destruction, to work no ruin half so surely as their own—night, when carts came rumbling by, filled with rude coffins (for contagious disease and death had been busy with the living crops); when orphans cried, and distracted women shrieked and followed in their wake—night, when some called for bread, and some for drink to drown their cares; and some with tears, and some with staggering feet, and some with bloodshot eyes, went brooding home—night, which, unlike the night that Heaven sends on earth, brought with it no peace, nor quiet, nor signs of blessed sleep—who shall tell the terrors of the night to the young wandering child! (p.445-446)
Sidekick characters
A sidekick is a close companion who is generally regarded as subordinate to the one he accompanies. (source)
Walaupun bukan ‘companion’ dalam arti yang literal, Kit Nubbles adalah sidekick character favorit saya dalam buku ini. Kit menyayangi Nell dengan sepenuh hatinya, rasa sayang yang mewujud dalam kesetiaan, pengabdian dan pelayanan. Kit yang pada mulanya selalu menjaga Nell dari depan Old Curiosity Shop saat kakek Nell keluar rumah sepanjang malam untuk berjudi. Kit juga memiliki kualifikasi karakter yang luar biasa, dari kejujurannya, dia berhasil mendapatkan pekerjaan yang bagus dari orang-orang yang nantinya akan berguna untuk Nell. Meski secara fisik Kit terpisah dari Nell, segala yang dilakukannya tak pernah lepas dari pengabdian penuh akan kepentingan bekas majikannya itu. Tak jarang bocah itu menjadi sasaran orang-orang yang hendak memanfaatkan Nell, sehingga Kit harus terjatuh dalam jebakan yang membuat dia dan keluarganya menderita. Namun, hingga akhir, Kit masih setia.
Satu lagi karakter yang sebenarnya bukan sidekick dari karakter utama, tetapi punya peran cukup penting dalam cerita, yaitu Dick Swiveller. Pada mulanya, Dick adalah kawan Frederick Trent, yang nantinya akan bekerja untuk kepentingan Quilp. Dalam perjalanan kisah, banyak hal menimpa Dick yang membuatnya memandang segala sesuatu dengan berbeda. Jika Nell dan Kit digambarkan sebagai karakter yang tanpa cacat, sedangkan karakter-karakter lain digambarkan dalam wilayah hitam, Dick adalah satu dari sedikit yang masuk dalam area abu-abu. Karakter Dick adalah karakter yang paling manusiawi dalam buku ini, tidak sepenuhnya cacat, dan tidak sepenuhnya sempurna. Hingga pada akhirnya, dia mengambil peranan penting yang menjadikannya sebagai pahlawan.
There are chords in the human heart—strange, varying strings—which are only struck by accident; which will remain mute and senseless to appeals the most passionate and earnest, and respond at last to the slightest casual touch. (p.541)
Karya ini dikatakan merupakan salah satu karya Dickens yang paling sentimental, karena buku ini ditulis untuk mengenang adik iparnya yang meninggal dalam usia muda. 4/5 bintang untuk perjalanan yang penuh makna.
Review #27 of Classics Club Project
Review #27 for Lucky No.15 Reading Challenge category Randomly Picked