Matilda – Roald Dahl

matildaTitle : Matilda
Author : Roald Dahl (1988)
Illustrator : Quentin Blake (1988)
Publisher : Puffin Books
Edition : 4th printing, 1996
Format : Paperback movie tie-in, 240 pages

Saat berusia tiga tahun, Matilda Wormwood belajar membaca, usia empat tahun dia sudah mahir, dan sebelum berusia lima tahun dia sudah membaca buku-buku klasik untuk dewasa. Namun, Matilda bukan lahir di keluarga yang peduli pada pendidikannya. Ayahnya adalah penjual mobil yang licik yang tidak percaya akan pentingnya pendidikan, apalagi bagi anak perempuan, sedangnya ibunya sama sekali tidak mempedulikan apapun selain dirinya sendiri. Bahkan meski Matilda telah menunjukkan betapa istimewanya dia, orang tuanya seperti tak melihat. Mrs Phelps, penjaga perpustakaan lokal, adalah orang yang memberi Matilda akses kepada buku-buku.

“Daddy,” she said, “do you think you could buy me a book?”
“A book?” he said. “What d’you want a flaming book for?”
“To read, Daddy.”
“What’s wrong with the telly, for heaven’s sake? We’ve got a lovely telly with a twelve-inch screen and now you come asking for a book! You’re getting spoiled, my girl!”
(p.12)

Saat masuk sekolah di usia lima setengah tahun, guru kelasnya, Miss Honey, melihat kejeniusan anak itu sejak hari pertama. Akan tetapi, masalah ada pada kepala sekolah, Miss Trunchbull. Dia sangat membenci anak-anak, penampilannya mengerikan, dan tak ada yang berani padanya. Keinginan Miss Honey untuk memasukkan Matilda langsung ke kelas yang lebih tinggi ditolak mentah-mentah tanpa alasan yang masuk akal.

Namun buku ini tidak sekadar bercerita tentang Matilda. Buku ini adalah bagaimana kehidupan keluarga Wormwood, dan bagaimana kondisi sekolah Crunchem Hall Primary School, dalam hubungannya dengan sang karakter utama kita, Matilda Wormwood. Kita diajak melihat pola pikir sempit ala pasangan Wormwood, hingga tindakan ‘balas dendam’ Matilda atas tindakan orang tuanya. Begitupun di sekolah, Miss Trunchbull dengan kekejamannya pada anak-anak, membawa Matilda dan Miss Honey pada suatu kondisi saling memahami yang akan mengubah jalan hidup mereka.

Novel ini bisa saya katakan memiliki celah-celah yang dapat digali secara mendalam. Di antara sebuah konflik ada hal menarik yang bisa dicermati lebih teliti lagi. Namun jika kita kesampingkan hal-hal detail itu, kita masih memiliki kisah anak lima tahun yang menarik. Ada fakta menarik yang saya temukan dari situs Roald Dahl di sini tentang Matilda. Fakta yang membuat saya semakin mengagumi cara penulis ‘melahirkan’ seorang Matilda.

Melalui karakter Matilda, penulis seperti menunjukkan bahwa tak peduli seberapa muda usia kita, kedewasaan itu tumbuh dari apa yang kita alami. Matilda, dengan lingkungan seperti itu, kemudian dengan daftar bacaan yang luar biasa, menjadi kaya akan pengalaman yang tidak didapatkan oleh kebanyakan anak seusianya. Hal tersebut menjadikannya anak yang tidak seperti kebanyakan anak, dia jauh lebih dewasa, lebih matang, dan lebih cerdik. Mungkin Matilda adalah contoh yang ekstrem, tapi pasti ada Matilda-Matilda lain di luar sana yang tersia-siakan karena kita masih terpaku pada usia.

Meski terdapat kalimat makian di sana-sini, saya merasa kalimat makian yang ada dalam buku ini relatif ‘bersih’, sehingga masih aman untuk anak usia, katakanlah, di atas 10 tahun. Salah satu bagian yang mencerahkan menurut saya adalah kalimat Miss Trunchbull yang ditujukan pada Matilda ini:

“You are finished in this school, young lady!” she shouted. “You are finished everywhere. I shall personally see to it that you are put away in a place where not even the crows can land their droppings on you! You will probably never see the light of day again!” (p.163)

Anak (normal) yang baru bisa membaca, katakanlah anak TK, pun tahu bahwa itu tidak benar. Dengan otaknya yang brillian, Matilda tidak mungkin terpuruk sedalam itu. Jadi, dari titik ini (walaupun sebelumnya sudah bisa disimpulkan), kata-kata Miss Trunchbull itu omong kosong semua. Miss Trunchbull adalah gambaran antagonis yang murni jahat. Kata-kata makian dalam buku ini semua keluar dari mulutnya, jadi, tak berharga bagi pembaca mana pun untuk menirukannya, kata-kata maupun tindakan kejamnya.

“Never do anything by halves if you want to get away with it. Be outrageous. Go the whole hog. Make sure everything you do is so completely crazy it’s unbelievable. No parent is going to believe this pigtail story, not in a million years. Mine wouldn’t. They’d call me a liar.” (p.117)

4.5/5 bintang untuk kisah kompleks dengan akhir yang menyenangkan.

Review #31 of Children’s Literature Reading Project

Review #32 for Lucky No.15 Reading Challenge category Opposites Attract

3 responses to “Matilda – Roald Dahl

  1. Pingback: Lucky No. 15 Reading Challenge Wrap Up | Bacaan B.Zee

  2. Pingback: The Classics Club Project : Wrap Up | Bacaan B.Zee

Leave a comment