Ragam Terbitan Buku Klasik

Beberapa waktu lalu, saat berkunjung ke Bandung, saya disambut oleh tiga orang BBI-ers di hari pertama. Aulia, Anastasia, dan Atria mengajak saya ke (salah satunya) Kineruku, yaitu tempat persewaan buku sekaligus menjual buku (juga ada kafenya) yang koleksinya sangat mengagumkan. Di sana, Atria membaca-baca buku 1001 Books You Must Read Before You Die, dan membuka sebuah percakapan mengenai buku klasik. Dari percakapan itu, tercetus kebingungannya mengenai buku klasik yang seringkali berbeda edisi dan ketebalan, padahal judul dan penulisnya sama. Dia pun mengusulkan saya untuk membuat sebuah artikel mengenai seluk-beluk buku klasik.

Buku klasik memang sudah banyak yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, sebagian besar juga sudah familiar dengan film adaptasinya. Namun, ada perbedaan besar yang membuat buku klasik masih terbatas keterbacaannya, dibandingkan dengan pembaca lain di luar negeri. Di banyak negara, sekolah mengharuskan untuk membaca buku tertentu dalam kurikulum sastranya, yang tentunya sebagian besar klasik. Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, pelajar di luar negeri pasti pernah membaca dan mengkaji karya-karya Shakespeare, Dickens, dan berderet penulis klasik lainnya. Berbeda dengan di Indonesia yang belum memiliki kurikulum kajian sastra, sehingga hanya anak-anak tertentu yang benar-benar suka membaca yang akan benar-benar mencicip karya Marah Roesli, Sutan Takdir Alisjahbana, dan lain sebagainya.

Keterbacaan karya klasik yang tinggi juga dikarenakan adaptasi karya-karya klasik tersebut dalam bentuk yang lebih sederhana. Jika diperhatikan, buku-buku klasik terbitan Penguin, Wordsworth, Vintage, dan lain-lain seringkali mencantumkan label ‘complete and unabridged’, yang artinya, buku tersebut diterbitkan secara utuh, sesuai dengan aslinya, sama dengan yang dituliskan oleh penulisnya. Dalam artikel yang saya tulis mengenai sastra klasik anak di sini sempat saya singgung sedikit mengenai versi sederhana dari buku klasik dewasa yang ditujukan untuk pembaca anak. Lebih detailnya, inilah sebagian contoh dari penyederhanaan tersebut:

abr-bb

Reader Digest

Paling mudah memang menemukan kata abridged, atau simplified, atau condensed, atau retold by, diikuti nama penulis lain yang menyederhanakannya. Kisahnya tetap milik si penulis asli, tetapi susunan kalimatnya sudah jauh berbeda, karena diceritakan ulang oleh penulis lain.

Penulisan ulang tersebut biasanya menyesuaikan sasaran pembacanya. Beberapa penerbit buku ajar biasanya memiliki penggolongan usia atau tingkatan ini. Jadi kisah klasik tidak sekadar dipersingkat saja, tetapi diperhitungkan, berapa kosa kata yang tercakup di dalamnya, seberapa kompleks kalimatnya, dan mungkin penghilangan konten-konten yang tidak cocok untuk anak usia sasaran.

4 1

2

Seri Easy Classics terbitan India, yang pernah dijual di toko buku Indonesia

Penerbit Indonesia sebenarnya pernah memiliki seri klasik semacam ini. Masih dalam bahasa Inggris, tetapi mungkin pembacanya terbatas sehingga sekarang sudah jarang ditemukan. Saya sendiri pertama kali belajar membaca dalam bahasa Inggris melalui seri-seri semacam ini, sekaligus menumbuhkan kecintaan saya pada buku klasik.

OurMutualFriend

Penerbit Dian Rakyat

3

Penerbit Gramedia

Buku klasik, dewasa maupun anak-anak, seringkali disertai ilustrasi. Biasanya hitam putih, karena memang pada masanya, mesin cetak masih sederhana. Meski berilustrasi, buku klasik yang asli tidak pernah disebut edisi ilustrasi, kemungkinan hanya mencantumkan ‘dengan ilustrasi oleh’ atau sejenisnya. Namun, edisi ilustrasi seperti di bawah ini menunjukkan bahwa ilustrasi sengaja dibuat untuk menarik pembaca yang lebih muda.

abr-ttm

Jika ada buku klasik berilustrasi–terutama jika ilustrasinya tidak sesuai dengan usia pembaca buku tersebut–kita patut curiga bahwa buku tersebut abridged. Namun, tidak semua buku berilustrasi itu abridged, bisa jadi memang aslinya berilustrasi, atau karena buku itu buku anak-anak, penambahan ilustrasi untuk menarik pembaca bisa dengan tidak mengorbankan isi di dalamnya. Seperti buku ini:

Illustrated and unabridged

Illustrated and unabridged

Jadi memang kita perlu sedikit membolak-balik buku tersebut untuk mencari keterangannya, terlebih jika tebal bukunya menjadi tak jauh berbeda dengan buku yang asli. Lain halnya jika kita sudah mengetahui bahwa buku aslinya di atas 300 halaman, kemudian mendapati edisi ilustrasi yang di bawah 200 halaman, kita hampir bisa mengambil kesimpulan yang benar.

Lalu, ada juga yang membuatnya menjadi komik atau manga, sehingga bukan hanya berilustrasi, tetapi kisah tersebut diceritakan melalui gambar. Dengan bentuk seperti ini, kemungkinan ada jenis pembaca baru yang akan menikmati karya klasik.

abr-nf

Yang menurut saya paling ekstrem adalah saduran yang dilakukan oleh Disney. Biasanya buku Disney mengikuti kartunnya, dan jalan ceritanya bisa jadi cukup berbeda dengan aslinya.

abr-hnd

Masalah mungkin muncul pada buku terjemahan bahasa Indonesia. Saya belum menemukan penerbit Indonesia yang memberi keterangan masalah abridged-unabridged ini, padahal bagi sebagian pembaca, itu penting. Tidak semua pembaca membaca untuk sekadar tahu ceritanya.

abr-ak

Anna Karenina terbitan Narasi ini tebalnya tak lebih dari 200 halaman. Bagi yang belum tahu, Anna Karenina yang asli tebalnya lebih dari 700 halaman, sehingga versi ini jelas sangat sederhana. Meski begitu, tampaknya versi ini tidak dibuat untuk menjadi children-friendly juga.

abr-lm

Tanpa tahu aslinya pun, buku klasik dewasa setebal kurang dari 200 halaman memang patut dicurigai sebagai versi sederhana, tetapi bagaimana dengan Les Miserables terbitan Bentang ini? Dengan tebal lebih dari 600 halaman, orang mungkin bisa salah mengira bahwa buku ini versi lengkapnya. Namun sayangnya tidak, Les Miserables yang asli tebalnya lebih dari 1000 halaman. Oleh karena tak selalu ada keterangan dalam bukunya, membaca buku klasik versi bahasa Indonesia memang agak tricky, perlu kejelian dan ketelitian untuk mengetahuinya.

Adanya terjemahan klasik dalam bentuk yang sederhana mungkin baik bagi pembaca Indonesia yang masih terintimidasi untuk membaca buku klasik yang tebal dan lambat. Saya melihat banyak penerbit mengeluarkan seri klasik, yang dari segi produksi jelas lebih murah karena tidak perlu membayar hak cipta lagi, tetapi saya rasa keterangan mengenai abridged-unabridged perlu dicantumkan. Dan jika itu abridged, maka si pencerita ulang-lah yang memegang hak ciptanya, sebagaimana penerjemah memegang hak atas terjemahannya (yang biasanya hak itu dibeli oleh penerbit).

Itulah sekilas cara mengenali buku klasik dari saya. Semoga bermanfaat.

21 responses to “Ragam Terbitan Buku Klasik

  1. Jadi mending baca aslinya ya mbabz?

    • Kalo menurutku, balik lagi ke tujuan baca buku itu untuk apa. Kalau sekadar tahu ceritanya, ya baca versi apa aja (asal dari penerbit terpercaya), kurasa cukup. Tapi kalau mau menilai/mengkaji secara mendalam, ya perlu baca aslinya, atau minimal terjemahan lengkapnya.

  2. kalo aku sebatas pengin tau ceritanya aja, hahaha, sekarang cover klasik dibuat cantik2 biar pada minat baca 🙂

    • Iya, kalo di luar negeri sudah sejak dulu main cover & ilustrasi, soalnya mau dicetak ulang berapa kali pun, pasti selalu ada yg beli & baca. Ga ada kata ketinggalan untuk buku klasik 🙂

  3. Sebagai pembaca buku klasik, aku termasuk salah satu yang menyayangkan tidak adanya keterangan abridged/unabridged. Tapi biasanya aku lihat dari penerbitnya sih, seperti misal terbitan klasik Narasi hampir bisa dipastikan abridged. Tapi sekarang2 ini lebih milih baca onlen saja di goodreads atau gutenberg/page literature 😀
    dan uang budget bisa untuk beli novel non-klasik, tapi sekarang banyak klasik yang terbit dengan yang bagus2 *dilema*

    • Klo aku tetap beli, tapi yg english, haha… Belinya banyakan bekas sih, jd malah seringnya lebih murah daripada yg terjemahan.

  4. Zee, aku reblog untuk Baca Klasik yaaa 😉

  5. Reblogged this on Baca Klasik and commented:
    Masih bingung dengan berbagai macam terbitan buku klasik? Bedanya unabridged dan abridged? Apa itu versi simplified atau retold? Bagaimana dengan buku klasik yang diberi embel-embel illustrated edition? Coba baca artikel dari Bacaan B.Zee ini.

  6. Kak Zee akhirnya nulis artikelnya nih. Terima kasih lho buat sharingnya. Jadi tambah wawasan lagi. Dan terjawab juga pertanyaan saya mengenai ketebalan buku Anna Karenina waktu itu 🙂
    Btw, koleksi bukunya keren banget…

  7. Iaaa sebelnya terjemahan gitu >.< penerbit sini entah malas entah gak mau rugi jadi informasi tentang buku klasiknya tidak tercantum u,u suka kesel gara-gara itu

  8. Infonya yang bermanfaat mbak Bzee 🙂

  9. Halo Zee, lama daku tak nongol di dunia maya :p. Cuma mo bilang kalo artikelmu nih bagus. Aku dulu sempet kecele ma versi simplified-nya the great gatsby lho, hahaha. Tak kirain ceritanya emang sesingkat itu. Pride and Prejudice aku jg baca yg simplified, baru sadar bedanya pas mbakku baca ending versi aslinya.

  10. Pingback: Belajar dari Anna Karenina – Shahfira Alif

Leave a comment