Conclusion in English at the last words.
Judul buku : The Old Man and the Sea
Penulis : Ernest Hemingway (1952)
Penerbit : Scribner, 2003 (cetakan ke-45)
Jumlah halaman : 128 halaman
“But man is not made for defeat. A man can be destroyed but not defeated.” (p.103)
Orang tua itu bernama Santiago. Sudah 84 hari dia melaut tanpa menghasilkan apa-apa. Dia biasa ditemani seorang bocah, sahabatnya yang bernama Manolin. Akan tetapi pada hari ke-40 orang tua bocah itu melarangnya untuk kembali bersama Santiago. Mereka menyebutnya salao, jenis terburuk dari kesialan. Akan tetapi Manolin tetaplah sahabat Santiago yang terbaik, yang selalu mendukung dan memperhatikan kebutuhan orang tua tersebut.
Menjelang hari ke-85, Santiago yakin akan keberuntungannya. Dia mempersiapkan segala sesuatunya seakan hari tersebut adalah hari yang sangat penting. Manolin menawarkan diri untuk menemaninya, tentunya berarti melawan orang tuanya, tapi Santiago menolak. Jadilah pada hari ke-85 Santiago berlayar sendirian sebelum fajar menyingsing, dan kisahnya baru akan dimulai.
Dalam pelayarannya tersebut, Santiago merasakan bahwa seekor ikan besar telah mengambil umpannya. Dia menunggu waktu yang tepat untuk menarik kailnya, namun ternyata ikan tersebut berbeda. Tenaganya luar biasa, hingga hingga matahari terbenam beberapa kali, masih belum ada yang bisa dilakukan lelaki tua itu. Keadaan laut yang sangat dikenalnya membantu, sekaligus membawa malapetaka untuk Santiago. Bukan karena dia gagal seperti hari-hari sebelumnya, akan tetapi karena keberhasilan yang kemudian berakhir tak seperti yang dia harapkan.
Kisah yang dituturkan ini sebenarnya sederhana saja. Tak ada konflik dan hal muluk-muluk yang diceritakan, namun tetap saja, ada pesan yang tersimpan dan tersirat dalam kesederhanaan itu. Kedataran kisahnya merupakan pesona tersendiri untuk saya, yang sebelumnya belum pernah menikmati karya dari penulis ini. Saya suka dengan penggambaran yang dipergunakan oleh penulis, dia berhasil memberikan kesan terikat yang begitu dalam antara sang Lelaki Tua dan Laut. Salah satunya adalah bagaimana Santiago menggunakan kata ganti manusia, seperti ‘he’ untuk ikan, ‘she’ untuk laut, dan sebagainya.
He always thought of the sea as la mar which is what people call her in Spanish when they love her. Sometimes those who love her say bad things of her but they always said as though she were a woman. Some of the younger fishermen, those who used buoys as floats for their lines and had motorboats, bought when the shark livers had brought much money, spoke of her as el mar which is masculine. They spoke of her as a contestant or a place or even an enemy. But the old man always though of her as feminine and as something that gave or withheld great favours, and if she did wild or wicked things it was because she could not help them. The moon affects her as it does a woman, he thought. (p.29-30)
Meskipun saat saya membaca buku ini sempat tersendat, pesona buku ini sungguh luar biasa untuk saya anugerahkan 5/5 bintang untuk penerima Pulitzer Prize tahun 1953, sekaligus Nobel Awards untuk penulisnya pada tahun 1954.
This is a simple but very beautiful book. I never enjoyed Hemingway before, but after this book, I was sure I’m going to love his writings. I think what Hemingway wanted to say was more than an unlucky fisherman that suddenly got a big fish. Not also what happened with that big fish. He described the sea and all creatures around, as symbols of the greater things. About human desire and fate, about how to accept whatever happened to us, about something that we should and shouldn’t think too much. He really didn’t need flowery words, nor lofty conflicts, to make this book awesome. I was enchanted by this book, 5/5 stars.