Cameo Revenge – Yudhi Herwibowo & Ary Yulistiana

cameo revengeJudul : Cameo Revenge
Penulis : Yudhi Herwibowo & Ary Yulistiana (2015)
Penerbit : Gramedia Widiasarana (Grasindo)
Edisi : Cetakan pertama, Oktober 2015
Format : Paperback, iv + 236 halaman

Ada waktunya seseorang menaklukkan,
namun ada waktunya pula ia hancur berantakan

Musik terkadang menyimpan sebuah keajaiban di dalamnya, dia bisa mengubah hidup seseorang, atau bahkan sekadar mengubah suasana hati. Namun, July Lullaby lebih dari itu, lagu itu adalah fenomena, bagi para penikmatnya, penciptanya, dan penyajinya. July Lullaby adalah lagu yang membawa grup band Cameo memenangkan July Challenge—festival musik tahunan di kota Cahaya—berhadiah 100 juta rupiah dan kontrak rekaman satu album.

Cameo sendiri adalah sebuah grup dadakan yang terlahir untuk kepentingan festival tersebut. Beranggotakan Angin Malam sang gitaris yang sejak kecil begitu mencintai musik, hingga sulit baginya menemukan rekan yang sepadan, Aui penggebuk drum yang memiliki passion serupa, Q di bass, dan Jarra yang mengisi vokal. Keempat orang ini dipertemukan secara tidak langsung dalam sebuah kafe bernuansa musik, dan langsung menemukan kecocokan di antara mereka. Bakat-bakat dan intuisi bermusik mereka saling mengisi, membentuk sebuah chemistry tersendiri.

Namun, segala sesuatu yang instan akan mengalami ujiannya sendiri. Satu per satu masa lalu menghantui personel Cameo, mengancam eksistensi band seumur jagung ini.

Di sisi lain, runner up July Challenge tahun ini adalah sebuah band yang sudah solid, Revenge. Berawal dari Eriq dan Daksa yang membuka audisi untuk band mereka, terpilihlah Saira, Samuel, dan Garda untuk melengkapinya. Selama lima tahun mereka bermusik dan sudah memiliki nama besar di kota Cahaya. Kontrak rekaman di major label adalah salah satu langkah menuju jenjang karir berikutnya, sayangnya mereka harus puas dengan rekaman single saja karena kekalahan mereka dari Cameo.

Akan tetapi, satu personel yang tidak puas bisa mengubah semua. Kekompakan band ini pun diuji, karena ada pihak yang memanfaatkan mimpi salah satu dari mereka, menjadikannya senjata yang akan mengurai apa yang selama ini tersembunyi.

Saat mimpi berubah menjadi ambisi,
saat itulah kau harus berhati-hati….

Kisah Cameo dan Revenge disajikan dalam dua kisah yang terpisah, oleh dua penulis yang berbeda. Di antaranya terjalin benang merah yang sama, yang perlahan-lahan masuk dan menguji para musisi itu dengan kelemahannya masing-masing. Meski terulur dengan rapi, karakter yang menjadi kunci masalah ini menurut saya terlalu dua dimensi, dan tak memiliki motif yang jelas.

Keempat karakter dalam Cameo dan kelima karakter Revenge memiliki suaranya sendiri dalam bab-bab terpisah. Masing-masing menyimpan misteri dan keunikannya masing-masing, sehingga saya bisa merasakan membaca sembilan kisah manusia yang berbeda-beda. Kata kuncinya ada satu, bertahan hidup. Ada yang bertahan dengan lari, ada yang bertahan dengan cara yang tidak wajar, dan ada yang mencari jalan pintas. Ternyata meski memiliki kecintaan yang sama, manusia tetaplah unik. Dalam buku ini, musik juga memiliki tempat tersendiri yang bukan hanya sekadar ‘tempelan’.

Yang agak mengejutkan dalam buku ini adalah warna tulisan yang serupa dari kedua penulis ini. Entah memang gaya mereka sama, atau mereka sudah melakukan sinkronisasi untuk proyek ini, atau mungkin hanya perasaan saya saja. Apa pun itu, yang jelas saya sudah disuguhkan sebuah dua buah kisah misteri ringan berbalutkan musik, dipadu dengan hubungan antarmanusia yang menarik. Terima kasih.

2 responses to “Cameo Revenge – Yudhi Herwibowo & Ary Yulistiana

  1. Daku baru selese baca separo, heuheuheu…

Leave a comment