Title : Of Mice and Men
Author : John Steinbeck (1937)
Translator : Isma B. Koesalamwardi
Editor : Huzeim
Publisher : Ufuk Press
Edition : Cetakan I, Desember 2009
Format : Paperback, 238 pages
George Milton dan Lennie Small mungkin sangat berbeda, baik dalam penampilan fisik maupun mental, George kecil tapi cerdik, sedangkan Lennie tinggi besar tetapi sangat polos. Namun, keduanya sangat terikat satu sama lain, entah dengan alasan apa. Lennie tak akan mungkin bertahan tanpa George, sedangkan George tak pernah tega meninggalkan Lennie, meski dia selalu menimbulkan masalah yang membuat keduanya harus kabur. Kali ini mereka berusaha bertahan di sebuah peternakan di Salinas.
Dunia ini keras, dengan berbagai macam orang dan karakter serta kepentingannya. Ada orang yang punya kekuasaan, atau merasa memiliki kekuasaan, lalu bertindak semaunya, hingga seorang rendahan yang waras harus tahu kapan harus mundur untuk menghindari masalah. Ada pula orang yang melakukan hal sesuai keinginannya tanpa peduli hal itu bisa membahayakan orang lain, ada yang begitu tersisih sehingga tahu diri untuk menjadi ‘tak-kasat-mata’, ada yang mencari kenyamanan diri tanpa harus mengusik orang lain. Setiap orang dewasa tahu bagaimana menghadapi orang-orang ini, tetapi tidak dengan Lennie. Kepolosannya kadang membuatnya masuk ke dalam masalah dan membuat orang lain terseret ke dalamnya, terutama George, sahabat setianya. Untuk itulah George berusaha keras membuat Lennie mengerti apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan, tetapi, dunia ini keras, dan masalah tidak pernah menunggu kita siap.
“Orang tidak perlu cerdas untuk menjadi orang baik. Bagiku, kadang-kadang semuanya berlaku terbalik. Seseorang yang benar-benar cerdas, jarang yang benar-benar baik hati.” (p.88)
Meski setiap orang yang sudah mengenalnya akan maklum dengan kepolosan Lennie, bahkan menganggapnya terbelakang, tetap ada batasan untuk suatu hal, ada kejadian yang tidak bisa dimaklumi untuk orang dengan tubuh besar. Saya melihat Lennie seperti anak kecil yang terperangkap dalam tubuh raksasa, dia tidak bisa mengontrol emosi dan kepanikannya. Namun, seorang anak kecil tidak akan membahayakan orang lain jika dia kehilangan kendali diri, tidak seperti Lennie yang dengan mudah bisa membuat seekor tikus mati dengan jarinya.
“Aku membelainya, dan tidak lama setelah itu menggigitku. Aku mencubit kepalanya sedikit, lalu dia mati—karena dia kecil sekali.” (p.24)
Serekat apapun sebuah persahabatan, apakah tidak ada batas untuk kesabaran? Apakah George akan terus lari demi Lennie, ataukah ada cara untuk menghentikannya?
Selama ini saya masih beranggapan bahwa sebuah novela yang diramu dengan baik bisa meninggalkan kesan yang lebih dalam ketimbang novel yang panjang. Hal ini dikarenakan novela memiliki ruang untuk pengembangan karakter yang cukup untuk membuat pembaca merasa dekat, tetapi kurang dalam untuk membuat pembaca mengetahui detail masa lalu mereka, serta alur yang cenderung datar, membuat pembaca ingin lebih banyak lagi cerita, lebih banyak lagi kejadian, lebih jelas lagi apa yang akan terjadi. Dan buku ini termasuk salah satu di antaranya. Saya bisa merasakan kedekatan George dan Lennie, dan ketika kisah ini diakhiri, saya merasakan getirnya pilihan yang memang harus diambil. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul; mengapa, bagaimana bisa, bagaimana kalau, dan sebagainya hanya menambah intensitas buku ini di dalam benak saya sebagai pembaca, bahkan jauh setelah selesai membacanya. Intensitas inilah yang membuat sebuah buku menjadi berkesan, meski sulit dijelaskan untuk alasan apa.
Sebesar apa seseorang bisa berkorban untuk orang lain? Seberapa jauh seseorang bisa bertindak demi orang yang dikasihinya?
“Tetapi kita tidak seperti itu! Mengapa begitu. Karena… karena aku punya kau yang selalu menjagaku, dan kau punya aku yang juga selalu menjagamu, yah… itulah sebabnya.” (p.33)
Review #35 of Classics Club Project