Alice’s Adventures in Wonderland – Lewis Carroll

Review in both Bahasa Indonesia and English.

Judul buku : Alice in Wonderland (Alice’s Adventures in Wonderland)
Penulis : Lewis Carroll (1865)
Ilustrasi : Gordon Robinson
Penerbit : Project Gutenberg (Ebook #19033), August 12, 2006

`Dear, dear! How queer everything is to-day! And yesterday things went on just as usual. I wonder if I’ve been changed in the
night? Let me think: was I the same when I got up this morning? I almost think I can remember feeling a little different. But
if I’m not the same, the next question is, Who in the world am I? Ah, THAT’S the great puzzle!’

Alice adalah seorang anak perempuan yang penuh rasa ingin tahu. Karena rasa ingin tahu inilah dia mengikuti Kelinci Putih dengan mata merah muda menuju ke liangnya. Petualangan Alice di Wonderland pun dimulai. Mengenai karakter Alice sendiri sudah saya singgung di sini.

Wonderland menyimpan banyak keunikan, mulai dari makanan dan minuman yang bisa membuat Alice membesar dan mengecil, hewan-hewan yang bisa berbicara, orang-orang aneh yang berkata-kata dan bertingkah aneh. Awalnya, Alice hanya ingin tahu apa yang ada di taman indah yang dilihatnya melalui sebuah pintu kecil yang tidak muat untuk dilewatinya. Saat dia menemukan cara untuk mengecil, dia justru teralihkan pada makhluk lain sehingga dia justru menjauhi pintu itu. Dari tempat yang asing menuju ke tempat asing lain. Dari seekor makhluk aneh menuju makhluk aneh dan manusia aneh lainnya.

Saya rasa kisah Alice ini sudah begitu dikenal, dengan berbagai macam adaptasi yang mengenalkan berbagai versi Alice. Dari beberapa adaptasi yang sudah saya lihat pun kebanyakan mempertahankan beberapa garis besar yang asli, seperti gambaran Kelinci Putih (the White Rabbit), ulat bulu (the Caterpillar), Chesire cat, ratu hati (Queen of Hearts), dan lain sebagainya.

Daya tarik dari buku ini tak lain adalah kisah khas anak-anak yang penuh dengan imajinasi. Carroll membuat dunia yang unik, tapi tak hanya itu, dia juga menyisipkan hal-hal nyata yang sekaligus menjadi sindiran, juga pelajaran-pelajaran tersirat yang bisa kita dapatkan dari petualangan Alice. Selain itu, buku ini sangat menghibur dengan celetukan-celetukan lucu, mulai dari yang polos hingga yang tragis.

‘If everybody minded their own business,’ the Duchess said in a hoarse growl, `the world would go round a deal faster than it does.’
`Which would NOT be an advantage,’ said Alice, who felt very glad to get an opportunity of showing off a little of her knowledge. `Just think of what work it would make with the day and night! You see the earth takes twenty-four hours to turn round on its axis–‘
`Talking of axes,’ said the Duchess, `chop off her head!’

Alice sighed wearily. `I think you might do something better with the time,’ she said, `than waste it in asking riddles that have no answers.’
`If you knew Time as well as I do,’ said the Hatter, `you wouldn’t talk about wasting IT. It’s HIM.’

`And how many hours a day did you do lessons?’ said Alice, in a hurry to change the subject.
`Ten hours the first day,’ said the Mock Turtle: `nine the next, and so on.’
`What a curious plan!’ exclaimed Alice.
`That’s the reason they’re called lessons,’ the Gryphon remarked: `because they lessen from day to day.’

The curious nature of Alice dragged herself into Wonderland. I’ve written about Alice’s character here. I think this story is well-known that I shouldn’t tell more. It is a unique children story, which Carroll built an imaginative world with its own characteristics.

I saw this book isn’t just entertaining, but also contains morals and satires. About the how Alice’s character developed after some experiences, about queer people, ridiculous thoughts, and strange incidents that (for me) seems like the hyperbolic descriptions of our ‘real’ life.

5/5 stars for Alice’s queer adventures and Carroll’s imaginative world.

Review #7 of Classics Club Project

Entered to The Classic Bribe 2012 Challenge & Giveaway

Reviewed for A Victorian Celebration

11 responses to “Alice’s Adventures in Wonderland – Lewis Carroll

  1. aku gak berhasil menamatkan buku Alice in Wonderland, agak bingung dengan ceritanya. Baru nyambung pas nonton filmnya D

  2. ini buku favoritkuuu.. ceritanya filosofis banget dan dalem. bukan buku anak-anak menurutku, karena perlu dicerna..
    intinya sih, jangan sok iye kalau jadi orang.
    alice ini cewek unik, ketemu juga dengan makhluk2 dengan segala keunikannya dan masing-masing punya alasan sendiri atas yang dilakukan. yah, biarkan saja orang dengan pendapatnya, nggak sok bener.. (mengamati percakapan minum teh)

    kalau filmnya malah aneh, karena digabung dengan through the looking glass, yang ttg permainan catur… jadi lebih hiburan dan disney banget. aku juga sudanh ngereview buku ini.. 🙂

    • Iya, memang ada sisi filosofisnya, tapi menurutku tetap buku anak2 🙂
      Justru itu keunggulan dari buku anak yg bagus, dia bisa secara permukaan dangkal, tapi kalau ditelaah oleh orang yang lebih dewasa akan muncul hal2 unik dan lebih ajaib 😀

  3. Pingback: What We Did Last Summer – The Classic Bribe Wrap-Up |

  4. Pingback: Through the Looking-Glass – Lewis Carroll | Bacaan B.Zee

  5. Pingback: First Year Update of The Classics Club Project | Bacaan B.Zee

  6. Pingback: The Hunting of the Snark – Lewis Carroll | Bacaan B.Zee

  7. sebagai anak2 suka banget buku ini, walaupun setelah dewasa agak mengerikan ya…hahaha….salam..

  8. Pingback: Children’s Classics Literature: Berbagai Genre, Berbagai Masa | Bacaan B.Zee

Leave a comment