Dalam rangka ulang tahun BBI yang ketiga, selain giveaway hop yang sudah ditutup kemarin, acara seru lainnya adalah guest post. Di sini, kita saling bertamu ke blog member yang lain, seperti kali ini blog saya kedatangan seorang mahasiswi HI dari UNPAD. Namanya Atria Dewi Sartika, yang berkat nama pahlawan wanita yang disandangnya menjadi tertarik terhadap buku-buku sejarah. Tanpa berpanjang-panjang lagi, saya serahkan post ini kepada Atria.
Genre History?? Hm.. Nggak Deh
Ya, bacaan dengan genre Historical atau sejarah sekarang ini rasanya masih belum terlalu digemari terutama dikalangan remaja. Genre Romance masih tetap menjadi primadona di kalangan penikmat buku. Ini mungkin karena membaca digemari sebagai salah satu alternatif hiburan, sehingga bacaan yang ringan seperti fiksi romance dianggap mampu memberi selingan dan hiburan yang diharapkan.
Tapi apa iya, membaca benar-benar menjadi hiburan semata? Ada juga beberapa orang yang saya kenal yang memilih membaca sebagai media untuk mempelajari banyak hal baru. Dan sekarang dengan semakin banyaknya penerbit buku (terlepas ia major atau minor) keberagaman kebutuhan membaca pun bisa lebih terpenuhi.
Lantas, apa hubungannya pembahasan ini dengan sejarah? Ya, sekarang ini saya bergelut dengan sebuah komunitas yang di dalamnya terdapat anak-anak muda yang menggemari sejarah. Tidak semua dari mereka SUKA membaca, tapi mereka semua MAU membaca. Buku-buku sejarah yang dilahap di komunitas ini temanya macam-macam, ada tentang arsitektur, tentang teh, biografi atau pun cerita perjuangan kemerdekaan. Saya kemudian menyadari bahwa buku-buku sejarah ternyata tidak semenakutkan yang saya kira.
Sekarang ini, buku-buku sejarah mulai di-packing dengan lebih menarik, seperti menggabungkannya dengan fiksi. Atau bisa juga dengan mengkhususkannya dengan tema-tema tertentu atau tempat tertentu. Selain itu dari segi isi, dibuat agar kontennya bisa tetap menarik bahkan bagi mereka yang sebenarnya tidak begitu suka dengan sejarah.
Ok, ambillah contoh buku Braga: Jantung Parijs van Java karya Ridwan Hutagalung & Taufanny Nugraha yang diterbitkan oleh Komunitas Bambu. Buku ini sebenarnya mengangkat cerita sejarah khususnya tentang daerah Braga yang menjadi salah satu kawasan paling terkenal di kota Bandung. Dari buku ini kita juga bisa mengenal sepotong-potong cerita tentang Bandung tempo dulu. Menariknya, buku ini disusun sedemikian rupa agar bisa kita baca sambil menyusuri jalan Braga dan melihat sendiri gedung-gedung tua yang masih bertahan di kawasan itu.
Contoh lain, buku Semerbak Bunga di Bandung Raya karya Haryoto Kunto, sebuah buku tua yang kini sudah tergolong langka (pssst..harganya diberondol dari 500rb hingga jutaan rupiah) yang bercerita tentang Bandung tempo dulu. Membosankan? Sebagian besar yang membaca buku itu berkata, “Tidak”. Kenapa? Karena isinya seperti membaca sebuah dongeng yang dikisahkan oleh kakek-kakek kita dulu.
Untuk yang suka dengan arsitektur, kita bisa belajar tentang periodeisasi arsitektur dan beberapa sisipan menarik tentang sejarah dalam buku Zaman Baru Generasi Modernis: Sebuah Catatan Arsitektur karya Abidin Kusno. Buku ini cukup tipis dengan disisipi gambar.
Buku lain yang packing-an sejarahnya menarik adalah membuat novel tentang tokoh berdasarkan biografinya. Ada dua contoh buku yang saya miliki, kebetulan keduanya tentang tokoh pahlawan wanita yakni Raden Dewi Sartika dan Raden Ajeng Kartini. Buku Meniti Jembatan Emas karya Yan Daryono (sekarang sudah susah untuk menemukan buku ini di toko) menceritakan kehidupan R. Dewi Sartika dalam bentuk novel. Tapi menariknya buku ini sebenarnya saling melengkapi dengan karya beliau lainnya yang berjudul Sang Perintis: R. Dewi Sartika (yang lagi-lagi mulai langka dipasaran). Ini membuat buku Meniti Jembatan Emas meskipun dibuat seperti novel, ia bukanlah fiksi yang dikarang. Kronologi waktu, keadaan, dan detail tempat serta hubungan sosial masyarakat di dalam buku tersebut sebisa mungkin dituliskan mirip dengan kondisi aslinya di tahun 1900-an awal.
Hal yang sama pun berlaku dengan buku The Chronicle of Kartini karya Wiwid Prasetyo. Dari judulnya kita sudah bisa menebak buku ini tentang siapa. Label novel membuat kita tertarik membacanya karena disuguhkan dengan bercerita, tapi novel ini pun tentu harus melalui riset agar kronologinya tidak menyimpang dari cerita kehidupan Kartini yang sebenarnya. Dan melalui buku ini, kita bisa mengenal sosok Kartini tidak hanya sekedar “pahlawan perempuan”, “pejuang hak perempuan”, namun juga ikut mengenal pemikirannya, mengenal perjuangannya, dan hidupnya.
Jadi, sekarang saya rasa tidak ada salahnya kita mencoba mencicipi genre sejarah ini. Tinggal pintar-pintarnya kita memilih buku sejarah yang sesuai minat kita. (^_^)v
Setuju! Kebetulan saya juga sedang ingin belajar sejarah lebih banyak. Terima kasih Atria atas ilmu yang dibagikan tentang pengenalan berbagai buku sejarah, khususnya sejarah tentang Bandung dan sebagian pahlawan wanita kita. Tapi, kita juga mau nih, mengenal Atria lebih dekat lagi.
- Siapakah Atria itu?
Saya adalah perempuan perantau dari tanah Mandar (Sulawesi Barat) yang sedang hidup di kota Bandung. Entah takdir, entah kebetulan, di kota ini saya akhirnya menemukan makna nama saya “Atria Dewi Sartika” dengan berhasil menyusuri jejak “R. Dewi Sartika” di kota Bandung. Dan sejak itu, saya mengembangkan minat saya pada sejarah khususnya sejarah kota Bandung.
- Ceritakan sedikit dong hubungan Atria dengan buku itu seperti apa.
Buku itu cinta pertama saya, kekasih saya, dan teman tidur saya. Saya ini lebih bisa berteman dengan buku daripada dengan manusia..ha..ha.. Persahabatan saya dengan buku dimulai sejak saya SD. Saat itu saya sakit dan harus masuk rumah sakit selama sebulan di Makassar (8 jam dari tempat domisili saya, Palopo). Tidak ada teman yang datang menjenguk dan hanya ditemani mama. Akhirnya saya melahap habis majalah-majalah anak-anak dan majalah mama. Melihat hal itu, mama membelikan saya beberapa buku. Sejak itu, saya pun tidak bisa berhenti membaca buku.
- Buku apa saja yang pernah punya pengaruh besar pada kehidupan Atria?
Sekarang ini yang cukup mempengaruhi saya adalah buku biografi R. Dewi Sartika baik yang ditulis oleh Yan Daryono dan Rochiati Wiraatmadja. Ini karena saya cukup “tertampar” saat menyadari bahwa di usia 18 tahun (1902) Dewi Sartika sudah mendirikan sekolah untuk perempuan. Sedangkan saya di usia segitu masih asyik dengan masalah-masalah pribadi yang mungkin sebenarnya remeh. Ini mendorong saya untuk semakin produktif dalam hidup, semakin bermanfaat untuk masyarakat.
(Ah, saya juga jadi ikut tertampar.)
- Apa yang mendorong Atria membuat blog buku dan bergabung di BBI?
Saya membuat blog buku sebenarnya karena capek menjelaskan ke teman-teman yang suka bertanya tentang buku-buku yang recommended untuk dibaca. Akhirnya saya berpikir, sepertinya jauh lebih praktis kalau saya me-review dan tinggal sebutkan judulnya, mereka cari sendiri di blog itu. Akhirnya Januari 2013, bulatlah tekad membuat blog buku. Ha..ha..
Saya baru bergabung ke BBI itu sekitar bulan Juli. Sudah beberapa kali membaca blog buku anggota BBI dan saat baca kok rasanya seru ya jadi anggota BBI itu? Apalagi waktu baca postingan tentang Secret Santa. Aaaa.. mau juga dapat kado dari Santa. Ya, akhirnya Juli 2013 saya mendaftar jadi member. Alhamdulillah lulus uji kelayakan (heh?! Nggak ada ding..) dan akhirnya jadi member BBI deh. (^_^)v
(Dan menjadi santa saya, haha)
- Apa harapan/mimpi terbesar Atria dalam hal perbukuan/literasi?
Harapan saya, di Indonesia ini ada sebuah perpustakaan yang lengkap, yang mempunyai setiap buku yang terbit sejak 17 Agustus 1945 hingga sekarang, dan lengkap menyimpan salinan dokumen-dokumen dan naskah-naskah penting terkait sejarah Indonesia. Masa kalau kita mau meneliti lebih dalam tentang sejarah Indonesia harus ke Belanda. (>_<) Semoga terwujud. Amiiiinn..
Amiiinn! Seperti sebuah kata bijak, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Sebuah langkah awal untuk menghargai adalah mengenal dan mempelajarinya, bukan? Sekali lagi terima kasih kepada Atria yang sudah bertamu di blog saya, semoga pembaca blog saya bisa ikut terinspirasi untuk menjadi pribadi yang lebih bermanfaat bagi bangsa dan negara. Bagi yang ingin mengenal Atria lebih dalam lagi, jangan lupa berkunjung di blog bukunya, My Little Library.
Kunjungi juga guest post yang lain:
Juga host untuk guest post saya di blog Phie.